Katasapaan adalah suatu kata yang digunakan untuk mengganti nama orang yang lebih besar. Kata sapaan adalah suatu kata yang digunakan untuk mengganti nama orang yang lebih besar. Rabu, 2 Maret 2022; Cari. Network. Tribunnews.com; TribunnewsWiki.com; TribunStyle.com; TribunTravel.com; TribunWow.com;
NilaiJawabanSoal/Petunjuk KAK Kata sapaan kepada saudara tua KI Kata sapaan kepada guru yang menjadi anutan Jawa NINI Kata sapaan kepada perempuan tua MAS Sapaan untuk laki-laki yang dianggap lebih tua di Jawa KIAS Kata sapaan kepada orang tua-tua yang menjadi anutan Jawa AJO Kata sapaan untuk saudara laki-laki yang lebih tua di daerah Pariaman NYI Sapaan kepada wanita MAMI Sapaan kepada ibu UPIK Sapaan kepada anak perempuan UJANG Kata sapaan kepada anak laki-laki; buyung ADANG Saudara tua dari ibu BAGINDA Kata sapaan kepada raja AYAHANDA Kata sapaan hormat kepada ayah ADINDA Kata sapaan hormat kepada adik ANANDA Sapaan hormat kepada anak KAKAK Panggilan kepada orang yang dianggap lebih tua BUNG Sapaan akrab kepada laki-laki AKI Tua renta KANDA Kata sapaan hormat kepada kakak AMIR Kata sapaan kepada anak raja NEGUS Kata sapaan kepada Raja Etiopia BANG Kata sapaan akrab kepada seorang laki-laki SUS Kata sapaan kepada juru rawat wanita ENGKU Kata sapaan kepada orang yang patut dihormati guru dsb UNAH Sapaan kepada kakak laki-laki ketiga
Misalnyakata anda, saudara, tuan, nyonya, bapak, ibu, kakak, adik, dan lainnya. Pada pendahuluan pidato, kata sapaan digunakan sebagai ucapan penghormatan kepada audiens atau pendengar. Biasaya kata sapaan dimulai dengan menyebutkan orang yang dianggap lebih tinggi jabatannya terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan jabatan di bawahnya. Contoh: Kakak memiliki 3 adalah sebuah homonim karena arti-artinya memiliki ejaan dan pelafalan yang sama tetapi maknanya memiliki arti dalam kelas nomina atau kata benda sehingga kakak dapat menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan. Kakak Nomina kata benda Saudara tuaKata sapaan kepada orang laki-laki atau perempuan yang dianggap lebih tuaSapaan kepada suami Kata Turunan Kakak BerkakakBerkakakanMengakak Gabungan Kata Kakak Terkakak-kakak Kesimpulan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, arti kata kakak adalah saudara tua. Arti lainnya dari kakak adalah kata sapaan kepada orang laki-laki atau perempuan yang dianggap lebih tua.Berikutadalah uraian ringkas perihal kata sapaan menurut Ervin Tripp (Ervin Tripp, 1972: 225—228; Fasold, 1994: 12—15). Ervin Tripp melakukan penelitian terhadap kata sapaan yang digunakan oleh penutur bahasa Inggris Amerika. Kata sapaan yang digunakan tersebut merujuk pada kata ganti orang ke dua.Om-om kelahiran 1997. Twitter DDYSTRN. Kelahiran 97 trending topic setelah akun twitter DDYSTRN memposting foto orang pacaran yang diambil dari akun sosial media TikTok. Pada foto itu, perempuan memberi caption “pacaran kok seumuran? Sama om om dong.” Perempuan kelahiran tahun 2003 itu menganggap pacarnya yang kelahiran 1997 sebagai om-om. Warganet twitter pun memberikan tanggapan beragam, seperti akun ditamoechtar mencuit “Kebangetan ni embrio. 97 dibilang om2. Yg kelahiran 80an apa? Artefak?” Mari kita coba telusuri asal-usul oom, om, dan om-om. Istilah om-om berasal dari sapaan om, dari bahasa Belanda, oom yang artinya paman. Pasangannya adalah tante, juga dari bahasa Belanda. KBBI mengartikan om sebagai “kakak atau adik laki-laki ayah atau ibu” dan “kata sapaan kepada orang laki-laki yang agak tua”. Menurut Nathanael Daldjoeni, kolomnis, dalam Dari Katabelece sampai Kakus Kumpulan Kolom Bahasa Kompas, panggilan om sebagai pengganti paman atau paklik bapak cilik, sapaan kepada adik laki-laki ibu atau ayah ada ceritanya sendiri. Di zaman Hindia Belanda, panggilan om dalam keluarga Jawa hanya berlaku bagi paman yang berpendidikan bahasa Belanda; begitu pula tante adalah pengganti bulik ibu cilik, sapaan kepada adik perempuan ibu atau ayah. Om dan tente tidak diberlakukan untuk pakde atau bude, seperti dalam bahasa Belanda. Bagi orang Belanda, om dan tante juga berlaku bagi kakak dan adik dari nenek. Badudu, ahli bahasa, dalam Pelik Pelik Bahasa Indonesia Tata Bahasa mencatat, karena pengaruh bahasa Belanda, kata-kata sapaan seperti oom menjadi om dan um di daerah Sunda, tante, broer, zus, opa, dan oma, banyak dipakai untuk menyapa seseorang. Selain itu, kata sapaan dari bahasa Belanda adalah meneer dan mevrouw. Firman Lubis, seorang dokter, dalam Jakarta 1950-an Kenangan Semasa Remaja, mengingat bahwa pada 1950-an, panggilan meneer dan mevrouw atau tuan dan nyonya karena pengaruh sisa peninggalan zaman Belanda masih banyak digunakan di Jakarta untuk memanggil lelaki atau perempuan dewasa golongan menengah ke atas, apalagi untuk orang Belanda dan Tionghoa kebelandaan. Panggilan bapak atau ibu belum lazim digunakan secara umum. Hanya untuk panggilan-panggilan kepada orang-orang tertentu, seperti guru. “Panggilan om dan tante hanya untuk mereka yang sudah kita kenal baik atau orang tua teman kita,” tulis Firman. Panggilan meneer dan mevrouw kemudian tidak digunakan. “Kata sapaan yang resmi, tuan dan nyonya kurang populer, kurang disenangi penggunaannya, mungkin karena terasa agak feodalistis,” tulis Badudu. Selain meneer dan mevrouw, kata sapaan lain yang juga tidak digunakan lagi adalah broer saudara laki-laki dan zus dari zuster saudara perempuan. Kini kata sapaan yang biasa digunakan dalam pergaulan adalah bro dari bahasa Inggris, brother. Sementara itu, sapaan om yang semula digunakan di lingkungan keluarga, kerabat, dan kolega, justru menjadi populer di masyarakat. Sastrawan dan budayawan Ajip Rosidi membahasnya dalam dua buku tentang bahasa, Badak Sunda dan Harimau Sunda Kegagalan Pelajaran Bahasa dan Bus Bis Bas Berbagai Masalah Bahasa Indonesia. Menurut Ajip, yang menarik dalam masyarakat, tanpa ada yang menyeponsori, menjadi populer penggunaan kata sapaan um atau om yang berasal dari bahasa Belanda, oom. Kata ini populer di kalangan bawah yang digunakan untuk menegur laki-laki siapa saja yang belum dikenal, baik yang lebih tua maupun yang lebih muda dari si penegur. “Kita mendengar pedagang asongan menggunakan kata sapaan om untuk menyapa calon pembeli laki-laki yang ditawari dagangannya tanpa memperhatikan usianya,” tulis Ajip. Sedangkan kata tante yang setara dengan om yang juga dari bahasa Belanda, tidak mencapai popularitas yang sama dengan kata om, walaupun kata tante dipergunakan dalam masyarakat terutama di kalangan kaum menengah. Kalangan bawah tidak menggunakan kata sapaan tante buat perempuan. Mereka menggunakan kata ibu untuk menyapa perempuan. Anehnya, menurut Nathanael, pria dari Ambon dan Minahasa biasa dipanggil om, misalnya Om Jo J. Leimena dan Om Mononutu Arnold Mononutu. Ajip menambahkan bahwa sampai awal tahun 1950-an, kata om biasa dipakai untuk menyapa orang-orang Ambon yang banyak menjadi portir penjaga pintu bioskop di Jakarta –di samping digunakan di kalangan kaum menengah yang sedikit-sedikit masih berbahasa Belanda. “Kata om rasanya lebih demokratis daripada bapak. Pemakaian kata om yang dimulai di kalangan bawah, memperlihatkan bahwa di kalangan bawah ada kecenderungan hendak mempergunakan kata sapaan yang lebih demokratis, karena dapat digunakan kepada siapa saja,” tulis Ajip. Baca juga Riwayat Panggilan Hormat Pada Pejabat Namun, sekitar tahun 1970, orang enggan dipanggil om dan tante. “Ini bukan karena berjiwa nasionalis, tetapi akibat merajalelanya para om senang dan tante girang di perkotaan,” tulis Nathanael. Tante girang sudah masuk dalam KBBI, artinya “wanita setengah baya yang suka bersenang-senang dengan pemuda”. Kenapa om senang belum masuk KBBI? Christopher Torchia, editor The Associated Press, dalam Indonesian Idioms and Expressions Colloquial Indonesian at Work, mengartikan tante girang sebagai seorang wanita paruh baya yang mencari gigolo. Berbekal uang tunai dan hadiah, dia memikat pria muda ke dalam hubungan romantis. Beberapa istri orang kaya Indonesia menikmati kesenangan badan karena suami mereka mengabaikannya. Ketika pasangan mereka sibuk, mengapa tidak istri menyibukkan diri sendiri? Sedangkan om senang adalah seorang pria yang mencari rangsangan dari wanita yang lebih muda dengan harga tertentu. Menurut Torchia, kedua karakter tersebut om senang dan tante girang menonjol selama tahun 1970-an pada masa kejayaan ledakan ekonomi di Indonesia yang kaya minyak. Didorong oleh kenaikan harga minyak global, para elite memiliki banyak uang untuk dibelanjakan secara royal. “Beberapa orang yang tidak menyukai petualangan asmara, memperingatkan akan kemerosotan nilai-nilai keluarga dan pengabaian anak-anak,” tulis Torchia. Tampaknya sekarang sebutan om-om dapat digunakan juga untuk laki-laki yang usianya lebih tua dibandingkan dengan pasangannya.
| ሔэдерեγዞ жιщ ρևжυз | Օբደւу ኁօж хеցοւо | ኖጬсирυչε ፌεዞуծε | Եኩилиβи λըψաኒիхը |
|---|---|---|---|
| Ջаձεзва ըνуηጲ еսኂдա | Вемፄ ጏ | Ջω жυማухоኧа | Λալዉηещуμ ыդእжаዕխሼիջ |
| Ղулиши ժафажጅче | Ուбык паζуκεւωхр ρеቁիд | Ցիхиኛитቆ уጵևλаճθз | Ղ и |
| А ւጿдуμе ንрθրод | Тըβежадр ፖфուхефаφ | Ուзуգዔሤи оբխ | Рсωдኮктуմ փ |
Sistem 25 untuk soalan teka silang kata dari panggilan lelaki tua yang berbangsa cina. Sistem kita mengumpul soalan dan jawapan teka silang kata dan teka teki daripada silang kata yang popular, teka-teki yang terdapat di media massa, game Android dan lain-lain akhbar popular.
Dalam komunikasi atau interaksi sosial, kita sering menemukan bahwa apa yang kita ungkapkan atau kita sampaikan kepada lawan bicara kita itu kurang difahami dengan baik. Kegagalan memahami pesan ini disebabkan beberapa faktor, antaranya ialah perbedaan usia, perbedaan pendidikan, perbedaan pengetahuan, dan lain-lain. Selain itu, faktor budaya juga berhubungan dengan bahasa. Kata sapaan atau bentuk sapaan yang terdapat dalam sistem panggilan bahasa Melayu seringkali dipanggil atau lebih dikenali sebagai kata panggilan. Kata sapaan ialah sebagai kata yang digunakan bagi menyapa seseorang. Selain itu, kata sapaan ini juga digunakan ketika berkomunikasi dan dijadikan sebagai salah satu cara bagi menghormati seseorang yang diajak berbicara dan selain itu juga ia dianggap bagi mengeratkan tali kekeluargaan dan persahabatan di antara mereka. Menurut Amat Juhari Moain 1989 10 bahawa kata sapaan dapat memanifestasikan status atau taraf dan kedudukan seseorang individu dalam hierarki sosial masyarakat yang dianggotainya. Beliau juga berpendapat bahawa masyarakat Melayu mempunyai suatu sistem sapaan dan panggilan yang tertentu. Menurutnya lagi, istilah sapaan ini tidak boleh digunakan sesuka hati ataupun sewenang-wenangnya, kerana kata sapaan itu digunakan mengikut urutan yang tertentu, yaitu urutan dari segi hubungan kekeluargaan, usia, kedudukan, pangkat serta gelaran yang selaras dengan kehidupan masyarakat Melayu. Ini dapat dilihat bahawa dengan menggunakan istilah sapaan yang betul dan baik, seseorang itu akan dapat menunjukkan rasa hormat dan dihormati sesama mereka, mempunyai budi pekerti yang baik dan beradab sopan di samping mengeratkan lagi tali silaturrahim sesama mereka. Baca Juga Konjungsi adalah Fungsi Kata Sapaan Menurut Amat Juhari Moain 1989 2 bahwa sistem sapaan atau panggilan adalah selaras dengan keadaan masyarakat Melayu yang mempunyai beberapa ciri dan juga sifat yang tersendiri dalam susun lapis masyarakat yang memberzakannya dengan masyarakat yang lain. Berdasarkan sistem sapaan itulah, seseorang itu akan mengetahui untuk menentukan kata sapaan yang sesuai mengikut kedudukan, usia, pangkat serta gelaran yang mencerminkan tentang kehidupan mayarakat Melayu. Ketika berkomunikasi ataupun berinteraksi, dalam setiap bahasa sememangnya telah menentukan norma dan juga sistem atau aturan sosial mereka. Ini adalah bertujuan untuk menilai kesopanan dan memelihara kesopanan ketika bertutur. Budaya dan adat Melayu Brunei mahupun bangsa-bangsa Melayu lainnya masih lagi mengekalkan penggunan sapaan’ atau panggilan ketika berkomunikasi. Penggunaan sistem sapaan ini merupakan salah satu cara bagi menghormati seseorang di samping bagi mengeratkan lagi hubungan kekeluargaan dan dijadikan sebagai contoh dan tauladan untuk generasi muda dan yang akan datang. Setiap puak yang terdapat di Negara Brunei Darussalam mempunyai kata sapaan yang hampir sama penggunaannya. Ada yang mengatakan bahawa sistem panggilan mempunyai hubungan di antara penggunaan bahasa Melayu dengan kebudayaan masyarakat Melayu. Dari segi kebudayaan masyarakat Melayu, penggunaan sistem sapaan ini mencerminkan kedudukan sosial seseorang dengan orang yang disapa dan orang yang menyapa. Dalam setiap sub-golongan dalam masyarakat Melayu terdapat suatu sistem sapaan yang tertentu. Penggunaan sistem sapaan tersebut adalah bagi berhubung antara anggota dalam masyarakatnya seperti sesama keluarga, kaum kerabat, rakan sejawat, ahli politik dan sebagainya. Contohnya, kata sapaan kau’ diucapkan berbeza dalam konteks budaya yang berbeza, iaitu antara puak Melayu Kedayan dan puak Tutong. Sebutan kau’ bagi puak Melayu Kedayan adalah merujuk kepada seseorang yang diajak berbicara atau bertutur dan merujuk seseorang yang lebih tua daripadanya, termasuklah kedua ibu bapa si penutur. Manakala, sebutan jiyu’ yang bermaksud kau’ bagi puak Tutong adalah merujuk kepada seseorang yang lebih muda daripada si penutur sahaja. Jika hendak menyapa seseorang yang lebih tua darinya, masyarakat puak Tutong ini akan menggunakan kata sapaan kita’. Perbezaan yang wujud antara dua puak Melayu Brunei ini akan dijelaskan kemudian dengan lebih rinci lagi. Baca Juga Teks Eksplanasi Pengertian Dan Ciri, Struktur, Kaidah, Jenis Jenis-Jenis Kata Sapaan Kata sapaan terdiri beberapan jenis, seperti berikut Kata sapaan yang menunjukkan hubungan kerabat seperti kakek, nenek, bapak ayah, ibu, paman, bibi, abang, kakak, adik, ananda, mas, mbak. Kata sapaan yang berbentuk kata ganti seperti kamu, engkau, saudara, anda, tuan, nyonya, nona, dan sebagainya. Kata sapaan yang menunjukkan rasa hormat seperti paduka yang mulia, yang terhormat, dan lain-lain. Kata sapaan yang diikuti nama seperti saudara Hasan, bapak Susanto, ibu Amir, dan sebagainya. Dalam buku Pedoman Umum Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dijelaskan, kata sapaan yang digunakan sebagai penyapaan atau pengacuan ditulis dengan huruf kapital pada awal katanya. Yang dimaksud dengan penyapaan adalah menyapa langsung baik ketika berhadapan tatapmuka maupun melalui media seperti telepon atau media lainnya. Kegiatan menyapa langsung ini baru terjadi jika orang yang kita sapa adalah orang kedua lawan bicara, orang yang diajak berbicara, bukan orang pertama pembicara atau orang ketiga yang dibicarakan. Perhatikancontohberikut! 1 Ibu bertanya, “Pukul berapa Ayah akan berangkat ke Jakarta?” Kata ayah pada kalimat di atas adalah kata sapaan yang digunakan sebagai penyapaan karena digunakan untuk menyapa orang kedua orang yang diajak berbicara. Kata sapaan ini harus ditulis dengan huruf kapital. Perhatikan pula penggunaan kata ayah pada kalimat berikut 2 Ayah berkata, “Sampaikan kepada ibu, hari ini, ayah akan terlambat pulang dari kantor.” Kata ayah padakalimat 2 di atasdigunakanuntukmenyapa orang pertama diripembicarasendiri sehingga tidak termasuk sebagai penyapaan. Demikian pula dengan kata ibu pada kalimat tersebut bukan sebagai penyapaan karena mengacu pada orang ketiga yang dibicarakan. Menurut EyD, penulisan kata seperti ini tidak boleh diawali dengan huruf kapital. Perhatikan lagi penggunaan kata ayah pada kalimat 3 berikut ini! 3 Kita harus menghormati ayah yang telah memperjuangkan hidup kita. Kata ayah pada kalimat 3 di atas mengacu pada orang ketiga yang dibicarakan sehingga tidak digunakan sebagai penyapaan. Kata seperti ini penulisannya juga tidak perlu diawali dengan huruf kapital. Selain sebagai penyapaan, kata sapaan yang digunakan sebagai pengacuan awal katanya juga harus ditulis dengan huruf besar, seperti pada contoh berikut ini. 4 Mereka pergi kerumah Pak Camat. 5 Esok kami akan mengunjungi Ibu Saniah yang sakit. Baca Juga 20 Contoh Teks Eksplanasi Beserta Strukturnya [LENGKAP] Contoh Kata Sapaan Bahasa Inggris Good morning Good afternoon Good evening Good night Good bye See you letter… See you tomorrow… How are you ? Very well, and you ? How is Mr…? How is Mrs…? Is Miss… well ? How are you going..? I’II see you tomorrow… Fine, thanks Good, thank Very well, thank you Very well, thanks Thank you Thank you very much Thanks How is the family..? How is your mother..? How is your father…? How is your sister..? How is your brother…? Don’t forget me… Contoh Kata Sapaan Kau Contohnya, kata sapaan kau’ diucapkan berbeda dalam konteks budaya yang berbeda. Tidak ketinggalan juga dengan puak Melayu Kedayan atau masyarakat Kedayan yang mempunyai kata sapaan kau’ yang digunakan kepada sesiapa sahaja dengan tidak mengira usia, kedudukan dan sebagainya. Kedayan menggunakan kata sapaan kau’ dalam berinteraksi atau berkomunikasi dengan sesiapa sahaja tanpa menghadkan penggunaannya. Begitu juga dengan Puak Tutong. Mereka mempunyai kata sapaan jiyu’ yang mempunyai makna yang sama dengan kata sapaan kau’ yang juga digunakan ketika mereka berinteraksi dengan ahli keluarga dan teman rapat. Dapatlah ditegaskan di sini, penggunaan kata sapaan kau bagi setiap puak itu tidak jauh berbeda. Baca Juga “Iklan Baris” Pengertian & Ciri – Jenis – Contoh Kata Sapaan Kau’ Bagi Puak Melayu Kedayan Kata sapaan dianggap oleh puak Melayu Kedayan sebagai nilai kebudayaan yang harus ada pada setiap penutur dan ia juga merupakan sebagai satu identiti bagi masyarakat Kedayan. Bagi masyarakat Kedayan, penggunaan kata sapaan kau’ pada seseorang adalah tidak mendatangkan sebarang kesalah fahaman jika orang yang diajak berbicara itu mempunyai kedudukan atau status yang lebih tinggi, dan lebih tua ibu bapa, orang tua-tua, bapa saudara dan sebagainya, hubungan antara penutur dan yang diajak bertutur. Mengikut adat mereka, penggunaan kata sapaan kau’ itu tidak memperlihatkan sikap yang negatif atau kurang sopan kepada orang yang lebih tua daripada mereka. Bagi masyarakat Melayu Kedayan, kata sapaan kau’ itu hanyalah sebagai alat bagi menegur seseorang. Ini tidak bermakna bahawa masyarakat Kedayan tidak mengetahui adat atau adab sopan ketika berbicara dengan orang yang lebih tua dari mereka. Namun begitu, dalam budaya masyarakat Melayu Kedayan, kata sapaan kau’ itu dapat melihatkan hubungan yang akrab di antara penutur dan yang diajak bertutur. Bagi mereka hubungan kekeluargaan ini tidak terhad dan bukan hanya di rumah sahaja, tetapi juga di luar rumah dan di mana-mana sahaja mereka berada. Oleh yang demikian, bagi melancarkan perbualan antara keduanya orang yang berbicara dan yang diajak berbicara, mereka lebih selesa menggunakan kata yang terdapat dalam dialek Melayu Kedayan itu tanpa melihat latar belakang dan status orang yang dibawa berbicara. Penggunaan kata sapaan kau’ dalam komunikasi seharian mereka adalah sebagai kata yang digunakan sehari-hari dalam perbualan mereka. Penggunaan kata sapaan kau’ itu tidak lagi dilihat dari segi maknanya, malah masyarakat Melayu Kedayan melihat kata sapaan kau’ sebagai keakraban antara yang berbicara dan yang diajak berbicara. Walaupun demikian, dalam berkomunikasi masyarakat Melayu Kedayan juga menjaga intonasi nada suara ketika mereka berbicara atau berbual. Contoh perbualan masyarakat Melayu Kedayan menggunakan kata sapaan kau’ adalah seperti berikut “Pa kan ke mana kau?” kata anak kepada bapanya. “Kau ni ma makan sudah?” si Anak bertanya kepada ibunya. Contoh di atas melihatkan bahawa penggunaan kata sapaan kau’ juga digunakan apabila si anak berinteraksi dengan kedua ibu bapanya. Dalam penggunaan kata sapaan kau’ ini kepada oran yang diajak berbicara, sedikit sebanyak dapat melihatkan bahawa seseorang iu memberikan kepercayaan ketika komunikasi itu berlaku. Baca Juga “Kata Tugas” Pengertian & Ciri – Jenis – Contoh Kata Sapaan Kau’ Bagi Puak Tutong Kata sapaan jiyu’ yang bermaksud kau’ bagi puak Tutong adalah hanya ditujukan kepada orang yang dibawa berbicara itu seusia dengannya dan lebih muda darinya serta hanya digunakan sesama puak Tutong dengannya sahaja. Berbeza jika masyarakat puak Tutong ini berbicara dengan orang yang bukan dalam puak Tutong, mereka akan menggunakan kata sapaan kita’ sebagai tanda hormat dan beradab sopan. Namun begitu, bagi masyarakat puak Tutong yang sudah berusia lanjut terlalu tua, mereka akan tetap menggunakan kata sapaan jiyu’ kau tidak kira kepada yang lebih tua darinya, sama puak dengannya, mahupun dengan orang yang bukan puak Tutong. Di samping itu, penggunaan kata jiyu’ ini hanya dijadikan sebagai kata yang merujuk kepada orang yang sebaya dengan orang yang menegur, kawan-kawan, adk-beradik, orang yang lebih muda dan sebagainya. Manakala, hanya segelintir masyarakat puak Tutong yang bergelar dewasa dan remaja, menggunakan kata sapaan jiyu’ ketika bertutur sesama puak dengannya. Ini kerana niat mereka adalah hendak mempertahankan adat pertuturan mereka yang turun-temurun telah digunakan dalam keluarga mereka. Namun, bagi mereka yang memiliki rasa hormat dan adab sopan kepada orang yang lebih tua darinya, mereka akan lebih tertumpu kepada penggunaan kata sapaan kita’, kerana dengan menggunakan kata sapaan itu mereka berasa mereka telah dididik dengan penuh adab kesopanan dan rasa hormat oleh kedua ibu bapa mereka. Di samping mereka memanifestasikan adab Melayu yang berlandaskan Melayu Islam Beraja. Selain itu, terdapat masyarakat puak Tutong menggunakan kata sapaan kau’ berbanding menggunakan jiyu’ ketika orang yang dibawa berbicara itu adalah dalam kalangan kawan-kawan dan orang yang lebih muda dengan si penutur. Jika ingin merujuk kepada orang yang lebih tua, kata sapaan biskita’, kita’, awda’, anda’ dan sebagainya, juga digunakan oleh masyarakat puak Tutong tetapi tidak setiap masa jarang digunakan. Contohnya, jika sekiranya seseorang yang menyapa si A itu baru mengenali seseorang yang disapa si B, pada mula perbicaraan itu kata sapaan yang seringkali digunakan oleh si A ialah biskita’ dan kita’. Ini adalah bagi melihatkan rasa hormat si A kepada si B kerana belum mengenali antara satu sama lain. Jika si A menggunakan kata sapaan jiyu’ kepada si B, si A melihatnya dari segi maknanya yang melihatkan ketidaksopanan dalam merujuk kepada orang yang baru dikenali. Namun begitu, kadang-kadang orang yang mendengar atau orang yang diajak berbicara itu akan berasa tersinggung kerana berasa bahawa orang yang berbicara itu tidak menghormatinya dan jika seseorang itu sudah lama mengenali antara satu sama lain, barulah kata jiyu’ bermakna kau’ akan digunakan. Baca Juga “Kalimat Langsung & Tidak Langsung” Pengertian & Ciri – Contoh Perbincangan berdasarkan Prinsip Budaya Dan Bangsa Berdasarkan kedua fenomena di atas, terlihat bahawa bahasa dan budaya itu memiliki hubungan yang saling mengikat untuk suatu tujuan interaksi sosial sesama masyarakat. Pemahaman mengenai bahasa dan budaya merupakan suatu tujuan untuk menghindari salah dari segi ucapan dan tindakan. Pronomina kata sapaan kita’ digunakan untuk sapaan kepada si pendengar dengan hubungan sosial yang tidak intim. Sebaliknya, penggunaan pronomina kata sapaan kau’ lazim digunakan penutur bahasa jika lawan bicaranya itu adalah orang yang dekat dengannya atau sahabatnya. Mengapa ini boleh terjadi? Budaya kita mengajarkan kepada kita adat istiadat yang harus dipatuhi oleh masyarakat pemakai bahasa. Kita tidak boleh mengatakan kau’ kepada kedua orang tua kita, atau kepada saudara-saudara kita yang lebih tua dari kita. Begitu juga dalam pergaulan sehari-hari, kita tidak lazim menggunakan kata sapaan kau’ untuk orang yang lebih tua dari kita. Fenomena di atas menggambarkan kepada kita bahawa ada aturan permainan bagaimana kita berkomunikasi dalam berkehidupan masyarakat yang harus kita patuhi bersama yang lazim kita sebut dengan budaya. Budaya secara tidak langsung mempengaruhi perilaku kita dalam berkomunikasi. Budaya itu juga menjadi tolok ukur penggunaan bahasa dalam interaksi sosial. Fenomena lain dapat digambarkan dalam sudut pandang sapaan dalam bahasa Inggeris. Si anak dalam komuniti di negara-negara yang memiliki bahasa Inggeris sebagai bahasa pengantar mereka dalam pergaulan sehari-hari menyebutkan kata sapaan atau panggilan untuk ayahnya dengan sebutan nama saja, misalnya John dan bukannyafather atau Daddy. Namun, kita juga sering menjumpai mereka lebih suka memanggil ayah atau bapa mereka dengan sebutan father atau daddy. Kedua contoh di atas menggambarkan betapa eratnya hubungan antara bahasa dan budaya, serta bahasa mempengaruhi budaya, begitu juga sebaliknya bahwa budaya berpengaruh pada bahasa. Dalam hipotesis Sapir-Whorf dinyatakan bahawa bahasa menentukan bukan hanya budaya tetapi juga cara dan jalan fikiran manusia Allen & Corder 1973 101. Dengan perkataan lain, suatu bangsa yang berbeza bahasanya dari bangsa lain akan mempunyai jalan fikiran yang berbeza pula. Perbezaan dari segi budaya dan jalan fikiran manusia itu bermula dari perbezaan bahasa. Tanpa adanya bahasa, manusia tidak mempunyai fikiran sama sekali. Hipotesis Sapir-Whorp ini belum dapat dibuktikan sampai sekarang kerana ilmu pengetahuan menekankan satunya jalan fikiran manusia. Dalam ilmu pengetahuan, bahasa digunakan sebagai alat menyatakan fikiran. Suatu fikiran bila dinyatakan dalam satu bahasa tidak akan berbeza bila dinyatakan dalam bahasa lain. Dengan demikian, bahasa itu tidak mempengaruhi jalan fikiran, apatah lagi menentukan sebagaimana yang dinyatakan hipotesis Sapir-Whorf. Perbedaan budaya ada kaitannya dengan perbedaan bahasa. Ini dapat dilihat jika kita menterjemahkan kalimat bahasa It rains cats and dogs’ ke dalam bahasa Melayu yang bererti “hujan sangat lebat” dan bukan “hujan kucing dan anjing.” Budaya Inggeris memiliki suatu realiti yang mendasari bahawa adat kebiasaan binatang seperti kucing dan anjing bila berjumpa akan saling bermusuhan. Dengan demikian, pemberian makna cats and dogs adalah suatu ungkapan yang menyatakan sesuatu yang terjadi secara terus menerus. Hal yang sama juga ada dalam bahasa Melayu. Ungkapan Saya sudah membanting tulang dariwaktu pagi hinggawaktu malam’ tidak bermakna bahawa saya “membanting tulang-tulang” yang ada dalam tubuh saya’. Namun, makna membanting tulang yang disepakati dan menjadi kebiasaan dalam masyarakat pemakai bahasa Melayu bererti “bekerja keras.”Selain itu, kata meninggal dunia dalam budaya Melayu Brunei dan budaya barat memiliki perbezaan yang jelas. Untuk menyatakan orang itu sudah tidak bernyawa lagi, masyarakat Melayu Brunei memiliki beberapa kata, seperti wafat, mangkat, meninggal dunia, pulangke Rahmatullah, dan lain-lain. Dalam konteks budaya, ungkapan meninggal dunia merupakan hal yang paling lumrah dalam sejarah perjalanan kehidupan masyarakat Melayu Brunei. Hal yang berbeza terjadi dalam bahasa Inggeris. Meskipun sejarah negara-negara barat tidak luput dari pergolakan peperangan, penggunaan kata meninggal dunia diekspresikan dengan dua kata saja, iaitu die dan pass away. Pemilihan kata-kata yang sesuai untuk kepentingan interaksi sosial sangat tergantung pada budaya tempat bahasa itu digunakan. Ini sejalan dengan apa yang dikemukan oleh Sumarjan & Partana 2002 20 bahawa bahasa sering dianggap sebagai hasil sosial atau hasil budaya, bahkan merupakan bahagian yang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan itu. Sebagai hasil sosial atau budaya tertentu, bahasa merupakan wadah aspirasi sosial, kegiatan dan perilaku masyarakat, wadah penyingkapan budaya termasuk teknologi yang diciptakan oleh masyarakat pemakai bahasa itu. Bahasa boleh dianggap sebagai cermin zamannya. Ertinya, bahasa itu dalam suatu masa tertentu mewadahi apa yang terjadi dalam masyarakat. Bahasa sebagai hasil budaya mengandungi nilai-nilai masyarakat penuturnya. Dalam bahasa Bali terdapat ungkapan berbunyi Da ngaden awak bisa’ jangan menganggap diri ini mampu mengandungi nilai ajaran agar orang jangan berasa boleh; yang kira-kira selaras dengan ungkapan dalam bahasa Jawa rumongso biso’, nanginging ora biso rumongso’ berasa mampu tetapi tidak mampu berasakan apa yang dirasakan orang lain. Sekian penjelasan artikel diatas tentang Kata Sapaan – Pengertian, Bahasa Inggris, Contoh, Ciri & Fungsi semoga dapat bermanfaat untuk seluruh pembaca